Kota kota dunia pada mulanya adalah sebuah pemukiman kecil yang terus berkembang hingga menjadi semakin besar dan menjadi pusat aktivitas masyarakat. Bentuk dan karakteristik pemukiman bervariasi mulai dari pemukiman rural di pedesaan hingga agglomerasi yang menjadi tempat tinggal bagi jutaan orang yang hidup di dalamnya.
Situs dan Situasi Pemukiman Awal
Permukiman dapat berbentuk sebuah desa kecil dengan beberapa ratus penduduk, hingga kota metropolitan yang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Ada beberapa alasan mengapa kota-kota berkembang di mana mereka berada dan faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka bisa menjadi kota besar seiring waktu atau tetap menjadi sebuah desa kecil.
Beberapa alasan di balik pola-pola ini adalah situs dan situasinya. Situs dan situasi adalah dua konsep paling penting dalam studi geografi perkotaan.
Situs
Situs menggambarkan karakteristik tentang tempat dimana pemukiman tersebut berada. Situs tersusun dari karakteristik fisik lansekap area tersebut. Faktor-faktor situs meliputi hal-hal seperti bentang alam, iklim, tipe vegetasi, ketersediaan air, kualitas tanah, mineral, dan bahkan satwa liar.
Situasi
Situasi didefinisikan sebagai lokasi suatu tempat relatif terhadap lingkungannya dan tempat-tempat lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang termasuk dalam situasi suatu daerah termasuk aksesibilitas lokasi, koneksi tempat dengan tempat lain, dan seberapa dekat suatu daerah dengan bahan mentah.
Pemukim pionir memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari situs pemukiman mereka. Faktor yang paling utama dalam menentukan situs adalah:
- Ketersediaan air
- Terhindar dari banjir
- Bahan bahan lokal untuk konstruksi dan bahan bakar
- Suplai makanan
- Proteksi dari bahaya
- Titik simpul bagi rute perdagangan
- Kedekatan dengan tanah yang subur untuk ditanami dan padang rumput subur untuk digembalakan
- Jalur perdagangan dan transportasi
Pemukiman Urban
Istilah urban mengacu pada wilayah yang padat penduduk dan memiliki karakteristik lingkungan buatan. Orang-orang yang tinggal di daerah urban, terlibat dalam perdagangan, bisnis atau jasa. Dalam pemukiman urban, terdapat industrialisasi skala tinggi yang menghasilkan peluang kerja yang lebih baik. Permukiman Urban tidak terbatas pada kota saja, tetapi pinggiran kota (suburban) juga termasuk di dalamnya.
Ada banyak keuntungan bila hidup di daerah perkotaan. Antara lain seperti akses yang mudah ke berbagai fasilitas, fasilitas transportasi yang lebih baik, pilihan hiburan dan pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Meski begitu, tinggal di daerah perkotaan juga memiliki beberapa kekurangan seperti tingkat polusi tinggi yang disebabkan karena industrialisasi skala besar dan sarana transportasi seperti bus, kereta api, mobil dan sebagainya. Hal ini menyebabkan meningkatnya masalah kesehatan pada orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan.
Pemukiman Rural
Istilah rural didefinisikan sebagai wilayah yang terletak di pinggiran. Rural mengacu pada pemukiman kecil yang berada di luar batas kota, kawasan komersial atau industri. Daerah rural memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Sumber utama pendapatan penduduk biasanya adalah pertanian dan peternakan.
Perbedaan Pemukiman Urban dan Rural
Perbedaan mendasar antara perkotaan dan pedesaan kurang lebih sebagai berikut:
- Perkotaan adalah sebuah pemukiman di mana populasinya sangat banyak dan memiliki lingkungan terbangun. Pedesaan adalah wilayah geografis yang terletak di bagian luar kota.
- Kehidupan di daerah perkotaan cepat dan rumit, sedangkan kehidupan pedesaan sederhana dan santai.
- Daerah perkotaan terisolasi dari alam karena keberadaan lingkungan buatan. Sebaliknya, daerah pedesaan berhubungan langsung dengan alam, karena unsur-unsur alam memengaruhi mereka.
- Orang-orang perkotaan terlibat dalam pekerjaan non-pertanian, yaitu perdagangan, perdagangan atau industri jasa. Sebaliknya, pekerjaan utama masyarakat pedesaan adalah pertanian dan peternakan.
- Dari segi penduduk, daerah perkotaan padat penduduk karena urbanisasi. Sebaliknya, populasi pedesaan jarang penduduk.
- Wilayah perkotaan dikembangkan secara terencana dan sistematis, sesuai dengan proses urbanisasi dan industrialisasi. Pembangunan di daerah pedesaan berdasarkan ketersediaan vegetasi alami dan fauna di wilayah tersebut.
- Mobilisasi orang-orang perkotaan sangat tinggi karena penduduk kota sering mengubah pekerjaan atau tempat tinggal mereka untuk mencari peluang yang lebih baik. Sebaliknya, di daerah pedesaan mobilitas pekerjaan atau tempat tinggal orang relatif rendah.
- Pembagian kerja dan spesialisasi selalu ada di perkotaan. Berbeda dengan daerah pedesaan dimana tidak ada pembagian kerja.
Cloke’s Index of Rurality
Tidak ada batasan yang jelas dimana batas pemukiman rural berakhir dan dimana pemukiman urban dimulai. Sebagai gantinya, terdapat perubahan bertahap dari pemukiman rural ke pemukiman urban. Hal ini disebut Urban-Rural Continuum. Teori ini diperkenalkan oleh Paul Cloke berdasarkan penelitiannya terkait pemukiman di Inggris dan Wales pada tahun 1979. Teori menjelaskan perubahan bertahap dari extreme urban sampai extreme rural.
Indikator-indikator dalam Indeks Ruralitas Cloke:
Indikator | Karakteristik di kawasan Rural |
---|---|
Kepadatan penduduk | Rendah |
Perubahan Penduduk | Menurun |
Populasi di atas usia 65 | Tinggi |
Penduduk pria berusia 15-45 tahun | Rendah |
Populasi wanita usia 15-45 tahun | Rendah |
Tingkat hunian (% populasi per 1.5 ruang) | Rendah |
Rumah tangga per hunian | Rendah |
Fasilitas rumah tangga | Tinggi |
Struktur pekerjaan (%petani) | Tinggi |
% Warga yang bekerja di luar daerah pedesaan | Rendah |
Migrasi ke dalam | Rendah |
Migrasi keluar | Rendah |
Kesetimbangan migrasi (%in/%out) | Rendah |
Jarak dari pusat kota terdekat dengan 50.000 Populasi | Jauh |
Jarak dari pusat kota terdekat dengan 100.000 Populasi | Jauh |
Jarak dari pusat kota terdekat dengan 200.000 Populasi | Jauh |
Urban-Rural Continuum
- Hamlet: Sebuah pemukiman kecil dengan populasi di bawah 100, tidak memiliki inti seperti gereja atau penginapan
- Village: Sekelompok pemukiman atau komunitas manusia
- Town: daerah perkotaan yang memiliki nama, batas yang ditentukan, dan pemerintah daerah, umumnya lebih besar dari desa dan lebih kecil dari kota.
- City: Sebuah pemukiman perkotaan permanen yang besar dengan sistem administrasi yang lebih definitif. Memiliki sistem transportasi, utilitas dan sistem sanitasi yang baik.
- Metropolis: Metropolis adalah kota besar yang bertindak sebagai pusat ekonomi, budaya, dan politik yang signifikan untuk suatu kawasan. Kota ini juga merupakan pusat perdagangan, koneksi, dan komunikasi internasional
- Conurbation: Wilayah perkotaan besar yang terdiri dari kota-kota dan kota besar yang melalui pertumbuhan populasi dan ekspansi fisik telah bergabung untuk membentuk daerah perkotaan yang dikembangkan secara industri
- Megalopolis: Rantai wilayah metropolitan besar yang berdekatan
Pembangunan Pedesaan
Desa Tradisional
Desa Tradisional atau pra-desa adalah tipe desa pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat tergantung dengan alam mulai dari cara bercocok-tanam, pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan pengolahan makanan. Biasanya pola seperti terjadi pada desa dengan wilayah yang terpencil dan jauh dengan kelompok masyarakat yang lain sehingga warganya lebih tertutup. Hubungan antar warganya sangat erat dan desa itu belum memiliki berbagai sarana yang memadai untuk mendukung mobilitas sosial.
Desa Swadaya
Adalah desa yang masih memiliki berbagai situasi yang terbatas seperti penduduk yang jarang, kehidupan yang masih terikat dengan adat-istiadat, lembaga-lembaga masyarakatnya masih sangat sederhana dan tingkat pendidikan warganya masih sangat rendah. Kegiatan ekonomi penduduknya masih bergantung dengan alam seperti bertani. Biasanya desa seperti ini berada di lokasi terpencil dan karena berbagai keterbatasannya sistem mata pencaharian masih berpusat pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja.
Desa Swakarya
Desa Swakarya sering juga disebut desa peralihan antara desa swadaya dan dan desa swasembada. Desa Swakarya memiliki ciri seperti adat-istiadatnya masih dijalankan tetapi sudah tidak mengikat lagi, sudah mulai beradaptasi dengan teknologi dan peralatan canggih dan tidak tersiolasi seperti halnya desa swadaya. Letak desa Swakarya tidak terlalu jauh dari pusat ekonomi atau kota sehingga lebih mudah mendapatkan berbagai akses untuk mendukung aktivitas ekonomi warga. Mata pencaharian warga juga mulai beraneka-ragam, tida lagi hanya mengandalkan sektor agraris. Di desa ini warga juga roda pemerintahan desa sudah berjalan cukup efektif dan masyarakat punya semangat gotong-royong yang sangat baik.
Warga desa swakarya sudah memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai dan desa ini juga sudah memilik sarana transportasi seperti jalan untuk menciptakan pergerakan ekonomi dan sosial. Sehingga, jarak sudah tidak lagi menjadi penghalang bagi warganya untuk menciptakan aktivitas sosial lainnya. Masyarakat desa seperti ini sudah mulai mampu meningkatkan taraf kehidupannya dengan hasil kerjanya sendiri.
Desa Swasembada
Yang keempat adalah desa Swasembada. Ini adalah desa yang paling maju di antara ketiga desa sebelumnya. Desa seperti ini biasanya berada di kota kecamatan atau dekat dengan kota tapi bukan kelurahan. Perikehidupan waga desa ini sudah sangat maju dan bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Sudah menguasai teknologi dan memiliki berbagai alat untuk mendukung aktivitas ekonomi mereka karena warga desa ini memiliki pendidikan tinggi, pekerjan yang beragam dan pola berpikir yang udah sangat rasional. Warga desa Swasembada sudah tidak terikat adat-istiadat dan tidak lagi terisolir. Lokasinya yang dekat dengan kota membuat desa ini memiliki berbagai pilihan bagi warga untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Desakota
Source: Transportgeography.org
Desakota adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan daerah-daerah di sekitar kota-kota besar, di mana bentuk-bentuk penggunaan lahan dan pemukiman perkotaan dan pertanian hidup berdampingan dan saling terkait.
Istilah ini diciptakan oleh peneliti perkotaan Terry McGee sekitar tahun 1990. Daerah desakota banyak terdapat di Asia, terutama Asia Tenggara. Contohnya dapat ditemukan di daerah urban di Jawa, daerah padat penduduk di pinggiran aglomerasi Jakarta (Jabodetabek), dan juga di wilayah metropolitan Bangkok atau Manila.
Pola pemukiman
Dispersed
Permukiman tersebar adalah pemukiman di mana lokasi rumah-rumah tersebar di area yang luas. Sering ditemukan di daerah pedesaan.
Nucleated
Nucleated Settlement atau pemukiman berinti adalah pemukiman di mana rumah-rumah dikelompokkan secara berdekatan, seringkali di sekitar lokasi pusat seperti gereja, pub atau taman desa. Permukiman yang baru direncanakan seringkali memiliki pola nucleated settlement.
Linear/Ribbon
Linear settlement adalah pemukiman atau sekelompok bangunan yang dibentuk dalam garis panjang. Banyak pemukiman mengikuti rute transportasi seperti jalan, sungai, atau kanal meskipun beberapa terbentuk karena batas fisik seperti garis pantai, gunung, bukit atau lembah. Permukiman linear tidak memiliki pusat yang jelas seperti persimpangan jalan. Permukiman linier memiliki bentuk panjang dan sempit.
Urban Sprawl
Urban sprawl adalah perluasan dengan cepat jangkauan geografis kota. Fenomena Urban sprawl ditandai oleh adanya alih fungsi lahan di sekitar kota (urban periphery) yang tidak terkontrol. Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan, maka untuk memenuhinya diperlukan suatu pengembangan atau perluasan wilayah ke daerah-daerah disekitar kota tersebut. Urban sprawl sering ditandai dengan adanya perumahan dengan kepadatan rendah, single use zoning, dan meningkatnya ketergantungan pada mobil pribadi untuk transportasi. Urban sprawl banyak disebabkan oleh kebutuhan untuk mengakomodasi peningkatan populasi perkotaan. Namun di banyak wilayah metropolitan, urban sprawl merupakan hasil dari keinginan untuk meningkatkan ruang hidup dan fasilitas perumahan lainnya. Urban sprawl dikaitkan dengan peningkatan penggunaan energi, polusi, kemacetan lalu lintas dan penurunan kepaduan masyarakat. Selain itu, urban sprawl juga meningkatkan ecological dan physical footprint dari area metropolitan yang mengarah pada perusakan habitat satwa liar dan fragmentasi habitat alami.
Referensi
Geography: an Integrated Approach — David Waugh, Nelson Thornes
Cambridge International AS and A Level Geography, 2nd Edition — Garrett Nagle, Hodder Education
Visualizing Human Geography, 2nd Edition — Alyson Greiner, Wiley
IB Geography Study Guide — Garrett Nagle, Oxford