Pariwisata memiliki dampak yang sangat besar, baik dari segi Ekonomi, Sosial Budaya, maupun Lingkungan. Dampak Pariwisata dibagi menjadi dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak ikutan (induced effect).
Dampak langsung adalah dampak yang diberikan langsung pada industri pariwisata seperti hotel, restoran, dan perusahaan penerbangan, sedangkan dampak tidak langsung adalah dampak yang dihasilkan pada perdagangan secara umum, seperti dampak pada supir angkutan umum, perajin cenderamata, dan peningakatan pendapatan pajak. Dampak ikutan adalah dampak yang dihasilkan akibat adanya pasokan uang tambahan yang beredar di masyarakat.
Dampak Ekonomi
Manfaat | Kerugian |
---|---|
Meningkatkan GDP | Bisa mengalihkan anggaran negara dari fokus anggaran lain yang lebih penting |
Pajak pariwisata meningkatkan pendapatan negara | Memerlukan pembiayaan negara |
Meningkatkan pendapatan devisa negara | Terlalu bergantung kepada agensi asing |
Masuknya investasi asing | Pendapatan berkurang karena impor |
Menciptakan lapangan pekerjaan | Keuntungan mungkin mengalir ke luar negeri |
Membantu membiayai pembangunan infrastruktur baru | Pembangunan terlalu meluas |
Menstimulasi dan mendiversifikasi kegiatan ekonomi | Meningkatkan kesenjangan regional |
Meningkatkan aktivitas perdagangan | Mengalihkan SDM dan SDA dari daerah non-pariwisata |
Tenaga tidak terlatih dan musiman | |
Tenaga dan perusahaan asing mendominasi peran penting, mengurangi peluang warga lokal | |
Meningkatkan harga lahan, hunian, makanan, dan pakaian |
Dampak Sosial Budaya
Manfaat | Kerugian |
---|---|
Pertukaran budaya | Mungkin menyebabkan polarisasi pada daerah turis yang maju dan daerah yang kurang berkembang |
Meningkatkan peran wanita di masyarakat | Meningkatkan jurang antara miskin dan kaya |
Mendorong perkembangan pendidikan | Kedatangan budaya asing yang buruk |
Mendorong perjalanan, mobilitas dan integrasi sosial | Masalah sosial, pengemis, pelacuran |
Memperbaiki layanan | Meningkatkan risiko kesehatan, ex. AIDS |
Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen budaya | Polusi terhadap keberadaan arsitektur tradisional |
Memberi dorongan untuk memperbaiki hidup yang bersih dan menarik | Konflik dengan komunitas warga lokal |
Menghidupkan kembali budaya tradisional | Kerusakan pada artefak dan situs warisan |
Dampak Lingkungan
Manfaat | Kerugian |
---|---|
Konservasi alam | Kemacetan |
Perlindungan biota | Rusaknya ekosistem |
Regenerasi | Perusakan terhadap cagar alam |
Pengaturan penataan lahan dan bangunan | Tekanan terhadap sumber daya lokal |
Polusi udara dan air |
Britton’s Tourism Enclave Model
Model ini dikembangkan oleh Britton pada tahun 1981, model ini menjelaskan pengaruh sosial pariwisata terhadap negara-negara berkembang dan peran pariwisata dalam pembangunan ekonomi. Arus wisatawan mengalir dari negara maju (Core) ke negara berkembang (Periphery)
Operator tur / maskapai penerbangan / pemilik hotel cenderung berlokasi di Core sehingga negara-negara maju mengendalikan industri pariwisata. Model ini menyatakan adanya kantong (area dalam negara berkembang yang ditujukan untuk pariwisata) Hal ini memastikan pengunjung tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal, mereka hanya dapat memiliki kontak minimal dengan penduduk dan karenanya wisatawan hanya mendapat sedikit informasi tentang realitas kehidupan orang-orang di daerah tersebut.
Doxey’s Irritation Index
Model ‘Irridex’ Doxey menunjukkan bahwa masyarakat melewati serangkaian reaksi ketika industri pariwisata berkembang di daerah mereka. Dari waktu ke waktu jumlah wisatawan akan terus meningkat sehingga akan timbul rasa kebencian/ kerisihan yang dirasakan oleh penduduk setempat akan kehadiran wisawatan. Sikap euforia pada masa awal digantikan oleh sikap apatis, merasa terganggu, dan akhirnya antagonisme.
Level of Irritation | Local Responses to Tourism |
---|---|
1. Euphoria | Wisatawan disambut hangat oleh penduduk setempat dengan persiapan yang seadanya. Wisatawan dianggap sumber ekonomi bagi penduduk setempat. |
2. Apathy | Pada tahap ini kunjungan wisatwan mulai meningkat sehingga wisatawan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang baru bagi penduduk setempat, sehingga hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan penduduk lokal menjadi lebih formal. |
3. Annoyance | Penduduk sekitar pada tahap ini sudah mulai terganggu/ terusik akan kehadiran wisatawan. Berbagai permasalahan mulai bermunculan salah satunya yatu dampak polusi udara akibat kemacetan. |
4. Antagonism | Tahap puncak ini mengakibatkan penduduk setempat mengalami kebencian terhadap wisatawan dan pertentangan terhadap sektor pariwisata karena berbagai aktivitas pariwisata dianggap sebagai penyebab terjadinya berbagai permasalahan baik permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan. |
Referensi
Cambridge International AS and A Level Tourism — John D. Smith, Cambridge
Geography: an Integrated Approach — David Waugh, Nelson Thornes
Cambridge International AS and A Level Geography, 2nd Edition — Garrett Nagle, Hodder Education
Visualizing Human Geography, 2nd Edition — Alyson Greiner, Wiley
IB Geography Study Guide — Garrett Nagle, Oxford
https://www.pariwisata.id/pesona-pariwisata-indonesia/
https://en.wikipedia.org/wiki/Tourism
http://www.coolgeography.co.uk/
http://theorama.id/blog/tag/doxey/